SEJARAH HARI BUMI

Sejarah Earth Day sendiri dimulai ketika Senator Gaylord Nelson dari Winconsin melihat kerusakan yang terjadi di Santa Barbara, California pada tahun 1969. Saat itu, ada tumpahan minyak yang cukup besar di Santa Barabara yang menyebabkan kerusakan alam yang tak ringan. Sang senator lantas merekrut politikus Danis Hayes agar membantunya mengumpulkan dana dan dukungan untuk melakukan protes akan kesadaran terhadap lingkungan sekitar.

Embrio gagasan hari bumi dimulai sejak Nelson menyampaikan pidatonya di Seattle tahun 1969, Dalam pidato, ia mendesak perlunya memasukkan isu-isu kontroversial, dalam hal ini lingkungan hidup, dalam kurikulum resmi perguruan tinggi mengikuti model “teach in” yaitu sessi kuliah tambahan yang membahas tema-tema kontroversial yang sedang hangat, khususnya tema lingkungan hidup. Ternyata masyarakat menyambut baik ide ini, sehingga gerakan lingkungan benar-benar semarak, dan timbul arus gerakan yang lebih besar dengan dicanangkannya Hari Bumi.

Dukungan ini terus membesar dan memuncak dengan menggelar peringatan Hari Bumi yang monumental. ketika jutaan orang turun ke jalan, berdemonstrasi dan memadati Fifth Avenue di New York dengan mengacungkan tinju kemarahan kepada para perusak bumi. Tidak kurang dari 1500 perguruan tinggi dan 10.000 sekolah berpartisipasi dalam unjuk rasa di New York, Washington dan San Fransisco. Majalah TIME memperkirakan bahwa sekitar 20 juta orang turun ke jalan pada 22 April 1970.

Nelson menyebut fenomena ini sebagai ledakan akar rumput yang sangat mencengangkan dimana masyarakat umum sungguh peduli dan Hari Bumi menjadi kesempatan pertama sehingga mereka benar-benar dapat berpartisipasi dalam suatu demonstrasi yang meluas secara nasional, dan dengan itu menyempaikan pesan yang serius dan mantap kepada para politisi untuk bangkit dan berbuat sesuatu.

Menurut berbagai analisis ledakan ini muncul karena bergabungnya generasi pemrotes tahun 60-an (bagian terbesar adalah pelajar, mahasiswa, sarjana) yang terkenal sebagai motor gerakan anti-perang, pembela hak-hak sipil yang radikal. Sebuah perkawinan antara pemberontakan 60-an dan kesadaran lingkungan tahun 60-an.

Kesadaran terhadap lingkungan hidup pada masyarakat di Amerika Serikat mulai tergugah semenjak diterbitkannya buku “Silent Spring” karya Rachel Carson pada tahun 1962. Buku ini mengangkat seputar permasalahan lingkungan hidup yang sedang terjadi dan akan membahayakan manusia. Sejak beredarnya buku ini bermunculanlah berbagai kelompok yang bergerak dalam bidang pelestarian lingkungan hidup.

Hari Bumi yang pertama ini di Amerika Serikat merupakan klimaks perjuangan gerakan lingkungan hidup tahun 60-an untuk mendesak masuk isu lingkungan sebagai agenda tetap nasional. Kini peringatan Hari Bumi telah menjadi sebuah peristiwa global. Para pelaksana peringatan Hari Bumi menyatukan diri dalam jaringan global masyarakat sipil untuk Hari Bumi yakni EARTH DAY NETWORK yang berpusat di Seattle.

Pada tanggal 20 April 1970, 20 juta orang dari seluruh Amerika Serikat berkumpul untuk melakukan protes dan mencari jalan keluar untuk menyelamatkan bumi yang makin tua ini. Sejak saat itu, kepedulian atau awarness terhadap isu lingkungan diangkat menjadi peringatan Hari Bumi yang dirayakan setiap tanggal 22 April hingga hari ini. Selain itu, ada fakta unik dibalik tercetusnya tanggal 22 April ini sebagai hari bumi. Hari bumi dan kesadaran terhadap lingkungan ternyata juga berpengaruh pada atmosfir politik di seluruh dunia. Isu lingkungan yang selama ini terabaikan diangkat kembali dalam kongres-kongress dan pertemuan internasional.

Puncaknya, yaitu saat kelompok-kelompok ini berhasil menggerakkan jutaan orang untuk turun ke jalan dalam pencanangan Hari Bumi pada 22 April 1970. Saat itu sebenarnya ada beberapa tema lain selain masalah penyelamatan lingkungan hidup, antara lain masalah anti perang Vietnam, masalah anti rasial, dan beberapa permasalahan sosial yang lain. Namun masyarakat Amerika saat itu lebih memfokuskan gerakan aksi besar-besaran ini pada tema lingkungan hidup yang dibawakan sebagai pesan terhadap kalangan politisi dan pemerintah untuk memperhatikan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kelestarian lingkungan hidup.

Fakta menarik lainnya meski telah dicetuskan tahun 1970, namun peringatan hari bumi secara global baru terselenggara pada awal tahun 1990an. Pada tahun itu, 200 juta orang lebih dari 141 negara di dunia melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan lingkungan untuk menyelamatkan bumi. Dan di tahun 2013, jumlah partisipan yang terlibat dalam penyelamatan lingkungan di hari bumi melonjak hingga 1 milyar orang di seluruh dunia.

Perayaan Hari Bumi di Indonesia
Di Indonesia, perayaan Hari Bumi masih terasa kurang euforianya. Harus diakui karena isu-isu terkait lingkungan hidup di Indonesia belum bisa menjadi trending yang banyak menyita perhatian masyarakat. Namun, belakangan ini mulai bermunculan LSM atau organisasi-organisasi yang bergerak di bidang lingkungan dan pemberdayaan masyarakat untuk tanggap terhadap isu lingkungan. Meski mamang gerakan-gerakan yang dilakukan oleh organisasi tersebut belum terlalu massif karena kurangnya support dari pihak-pihak lain.

Padahal apabila dipelajari lebih dalam lagi banyak sekali permasalahan yang dimiliki oleh bumi kita. Di setiap mata kuliah yang saya ambil semester ini pun banyak sekali masalah yang sedang dihadapi beserta prediksi-prediksinya di masa depan. Pada setiap aspek mulai dari air, udara, lahan (tanah), hutan dan sebagainya memiliki isu-isunya sendiri serta menuntut untuk segera diselesaikan masalahnya. Yup, mungkin karena efeknya tidak (belum) dirasakan langsung oleh masyarakat banyak sehingga mungkin saja isu ini terabaikan atau mungkin sengaja diabaikan.

Terakhir, Hari Bumi memang sudah seharusnya diperingati secara bijaksana dengan menjadikan momen ini menjadi momen refleksi kembali kepada kita bahwa apapun ras, suku, bangsa, agama, jabatan ataupun status sosial kita, kita hidup di atas bumi yang sama. Kita hidup beriringan bersama dengan makhluk-makhluk lainnya. Kita membentuk sinergi, dan harmoni kehidupan bersama dengan menjalankan peran yang berbeda-beda.

“The wealth of the nation is its air, water, soil, forests, minerals, rivers, lakes, oceans, scenic beauty, wildlife habitats and biodiversity… that’s all there is. That’s the whole economy. That’s where all the economic activity and jobs come from. These biological systems are the sustaining wealth of the world” - Gaylord Nelson.

0 Response to "SEJARAH HARI BUMI"

Posting Komentar